#13 Faedah dari Kitab Tauhid : AHLI TAUHID YANG SEMPURNA MAKA AKAN MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA ADZAB
#13 Faedah dari Kitab Tauhid
Keistimewaan Tauhid #6
AHLI TAUHID YANG SEMPURNA MAKA
AKAN MASUK SURGA
TANPA HISAB DAN TANPA ADZAB
Mereka yang masuk surga
tanpa hisab dan adzab yaitu mereka yang tauhidnya sempurna dan benar-benar
bersih dari kesyirikan.
Untuk dapat mengetahui tanda-tanda tauhid yang bersih, maka kita dapat melihat keadaan orang-orang yang telah dinyatakan bersih tauhidnya. Di antara orang-orang yang telah di kisahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sebagai berikut :
1. Nabi Ibrahim 'Alaihi salam
Sebagaimana Allah sebutkan sifat-sifat yang di miliki oleh beliau (Nabi Ibrahim) dalam firman Allah,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً
قَانِتًا للهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ شَاكِرًا
لِّاَنْعُمِهِ اجْتَبٰىهُ وَهَدٰىهُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Sekali-kali dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah). dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus.” (QS. An Nahl: 120)
Dalam ayat di atas, Allah sebutkan sifat-sifat yang di miliki Nabi Ibrahim 'Alaihi salam yang menunjukkan wujud dari tauhid yang bersih,
a. Imam, yaitu
sebagai teladan dalam kebaikan
b. Qanit, yaitu
orang yang sentiasa patuh
c. Hanif, yaitu
berpaling dari selain Allah, dan hanya menghadap kepada Allah
d. Tidak termasuk bagian
dari kaum musyrikin
e. Selalu bersyukur atas
nikmat Allah
2. Orang-orang mukmin yang di sebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam firman-Nya berikut,
اِنَّ الَّذِيْنَ
هُمْ مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ
هُمْ بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا
يُشْرِكُوْنَ وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَا اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ
اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ
وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ
“Sungguh, orang-orang yang
karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat berhati-hati, dan mereka yang
beriman dengan tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya, dan mereka yang memberikan apa
yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu)
bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya, mereka itu bersegera
dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu
memperolehnya”. (QS. Al-Mukminun : 57-61)
3. Ahli Tawakkal, seperti yang di sebutkan dalam hadits yang panjang di bawah ini,
عَنْ حُصَيْنِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، قَالَ: كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فَقَالَ: أَيُّكُمْ
رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ؟ قُلْتُ: أَنَا، ثُمَّ قُلْتُ:
أَمَا إِنِّي لَمْ أَكُنْ فِي صَلَاةٍ، وَلَكِنِّي لُدِغْتُ، قَالَ: فَمَاذَا صَنَعْتَ؟
قُلْتُ: اسْتَرْقَيْتُ، قَالَ: فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ؟ قُلْتُ: حَدِيثٌ
حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِيُّ فَقَالَ: وَمَا حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِيُّ؟ قُلْتُ:
حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ الْأَسْلَمِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: لَا
رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ، أَوْ حُمَةٍ، فَقَالَ: قَدْ أَحْسَنَ مَنِ انْتَهَى
إِلَى مَا سَمِعَ، وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ، فَرَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ، وَالنَّبِيَّ
وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ، وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، إِذْ
رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي، فَقِيلَ لِي: هَذَا
مُوسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ، وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى
الْأُفُقِ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: انْظُرْ إِلَى
الْأُفُقِ الْآخَرِ، فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ، فَقِيلَ لِي: هَذِهِ أُمَّتُكَ
وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا
عَذَابٍ "، ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ
الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، فَقَالَ
بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي
الْإِسْلَامِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ، وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ
عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «مَا الَّذِي
تَخُوضُونَ فِيهِ؟» فَأَخْبَرُوهُ، فَقَالَ: «هُمُ الَّذِينَ لَا
يَسْتَرْقُونَ،وَلاَ يَكْتُوُوْنَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ» ، فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ، فَقَالَ: " ادْعُ اللهَ
أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ: «أَنْتَ مِنْهُمْ؟» ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ
آخَرُ، فَقَالَ: ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ، فَقَالَ: «سَبَقَكَ بِهَا
عُكَّاشَةُ»
“Dari
Hushain bin Abdurrahman ia berkata, “Aku pernah berada di dekat Sa’id bin
Jubair, ia berkata, “Siapakah di antara kalian yang melihat bintang jatuh
semalam?” Aku menjawab, “Saya.” Lalu aku berkata, “Sesungguhnya aku (ketika itu)
tidak sedang dalam shalat (malam), akan tetapi aku terkena sengatan
(kalajengking).” Ia bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Aku menjawab, “Aku
meminta ruqyah.” Ia bertanya lagi, “Apa yang mendorongmu melakukan hal
itu?” Aku menjawab, “Yaitu sebuah hadits yang disampaikan Asy Sya’biy
kepada kami.” Ia bertanya, “Apa yang disampaikan Asy Sya’biy kepada kamu?” Aku
menjawab, “Dia menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah bin Hushaib Al
Aslamiy, bahwa ia berkata, “Tidak dibenarkan melakukan ruqyah kecuali karena
‘ain (musibah yang ditimpakan oleh mata orang yang dengki) atau terkena
sengatan.” Sa’id pun berkata, “Sungguh sangat baik sekali orang yang
mengamalkan apa yang didengarnya. Akan tetapi Ibnu Abbas menuturkan kepada kami
hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Telah
diperlihatkan kepadaku (pada saat Isra’ Mi’raj) beberapa umat. Ketika
itu aku lihat seorang Nabi dengan pengikutnya yang hanya sekelompok orang. Ada
pula Nabi dengan pengikutnya yang hanya seorang dan dua orang, dan ada pula
Nabi yang tidak memiliki pengikut. Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sejumlah
besar manusia. Aku mengira bahwa mereka adalah umatku, lalu dikatakan kepadaku,
“Ini adalah Musa alaihis salam dan umatnya. Tetapi lihatlah ke ufuk langit.” Maka
kulihat sejumlah besar manusia, dan dikatakan lagi, “Lihatlah ke ufuk langit
yang lain.” Maka kulihat pula sejumlah besar manusia, lalu dikatakan kepadaku,
“Ini adalah umatmu. Di tengah-tengah mereka ada tujuh puluh ribu orang yang
masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.” Selanjutnya Beliau masuk ke rumah,
lalu orang-orang membicarakan mereka yang masuk surga tanpa hisab dan
azab. Sebagian di antara mereka berkata, “Mungkin saja mereka adalah
orang-orang yang menjadi sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Yang lain berkata, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang lahir di atas Islam
dan tidak berbuat syirk kepada Allah.” Ada pula yang berpendapat lain. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dan bertanya,
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” Para sahabat pun memberitahukan pembicaraan
mereka. Maka Beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak
meminta ruqyah, tidak meminta diobati luka mereka dengan besi panas, tidak
tathayyur (merasa sial karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa
saja), dan bertawakkal kepada Rabb mereka.” Lalu Ukkasyah bin Mihshan
bangun dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku termasuk di
antara mereka.” Beliau bersabda, “Engkau termasuk mereka.” Lalu yang lain berdiri
dan berkata pula, “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku termasuk di
antara mereka,” maka Beliau bersabda, “Engkau telah didahului oleh Ukkasyah.” (HR.
Al-Bukhari 3410, Muslim 220)
Beberapa Faedah dari Hadits di atas :
1. Keutamaan kaum salaf,
bahwa apa yang mereka saksikan di langit berupa tanda-tanda yang muncul dari
sana, tidak mereka anggap sebagai sesuatu yang biasa, akan tetapi mereka tahu,
bahwa yang demikian termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala
2. Usaha keras kaum salaf
untuk ikhlas dan menjauhi riya'
3. Pentingnya meminta
hujjah atas kebenaran pendapat, dan perhatian kaum salaf terhadap dalil
4. Disyari’atkan diam di
atas dalil dan beramal di atas ilmu, dan bahwa orang yang mengamalkan ilmu yang
sampai kepadanya, maka ia telah berbuat baik.
5. Menyampaikan ilmu dengan
lembut dan hikmah.
6. Bolehnya Ruqyah
7. Mengarahkan orang yang
mengamalkan sesuatu yang disyariatkan kepada syariat yang lebih utama lagi.
8. Bahwasanya para nabi
Jumlah pengikut mereka berbeda-beda.
9. Keutamaan Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10. Bantahan kepada orang
yang berdalih dengan mayoritas, dan bantahan terhadap anggapan bahwa kebenaran
itu melihat kepada banyaknya orang.
11. Bahwasanya wajib bagi
kita untuk mengikuti kebenaran meskipun sedikit yang mengikuti.
12. Keutamaan Nabi Musa
‘alaihis salam dan umatnya.
13. Keutamaan umat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bahwa umat Nabi Muhammad shallalahu
‘alaihi wa sallam lebih banyak daripada umat-umat nabi yang lain.
14. Keutamaan memurnikan
tauhid dan pahalanya.
15. Bolehnya berdiskusi
dalam masalah ilmu dan membahas nash-nash syari’at dalam rangka mengambil
faedah dan memperjelas kebenaran.
16. Dalamnya ilmu para
salaf karena mereka tahu, bahwasanya mereka yang disebutkan dalam hadits itu
tidak mencapai keutamaan tersebut kecuali dengan beramal.
17. Semangatnya kaum salaf
untuk mendapatkan kebaikan dan berlomba-lombanya mereka dalam beramal shalih.
18. Meninggalkan meminta
Ruqyah dan Kay (pengobatan dengan besi panas) termasuk memurnikan tauhid.
19. Bolehnya memohon do'a
dari orang yang utama dalam hidupnya
20. Salah satu tanda
kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu saat Beliau
memberitahukan bahwa Ukkasyah termasuk 70.000 orang yang masuk surga tanpa
hisab dan tanpa azab.
21. Keutamaan Ukkasyah bin
Mihshan radhiyallahu ‘anhu.
22. Bolehnya menggunakan kata-kata sindiran, dan
mulianya akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana Beliau tidak
mengatakan, “Engkau bukan termasuk golongan mereka.”
23. Saddudz dzarii'ah
(Menutup jalan) agar orang yang tidak berhak menjadi bangkit, lalu ditolak.
24. Tawakkal adalah pangkal
segalanya. Karena Tawakkal akan membuahkan segala amal kebajikan, seperti
cinta, raja (harap), khauf (takut) kepada Allah. Oleh karena itu, mereka
meninggalkan minta Ruqyah, Kay, dan tidak bertathayyur, hal itu mereka
tinggalkan karena sangat besar kemungkinan hilangnya Tawakkal mereka kepada
Allah. Akan tetapi hal itu tidaklah berarti mereka tidak melakukan usaha dalam
upaya meraih apa yang mereka inginkan.
Abu Musyaffa' Hardadi
Maraji’ :
- Al-Mulakhkhas
fii Syarhi Kitaabit Tauhid karangan Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan
Al-Fauzan Hafizhahullahu Ta’ala
- Mutiara
Faidah Kitab Tauhid karangan Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam Hafizhahullahu
Ta’ala.
Posting Komentar untuk "#13 Faedah dari Kitab Tauhid : AHLI TAUHID YANG SEMPURNA MAKA AKAN MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA ADZAB"