45 KEUTAMAAN ILMU AGAMA DAN PEMILIKNYA
45 KEUTAMAAN ILMU AGAMA DAN PEMILIKNYA
Ilmu
agama memiliki keutamaan yang sangat banyak, sampai-sampai Al-Imam Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah dalam kitabnya Miftah Daaris Sa'adah menyebutkan lebih dari
150 poin tentang keutamaan ilmu agama.
Berikut saya akan menyebutkan sedikit dari keutamaan ilmu agama. Yang saya ringkas
dari kitab Miftah Daaris Sa'adah (Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Rahimahullahu Ta’ala) dan Kitaabul Ilmi (Syaikh Ibnu Utsaimin
Rahimahullahu Ta’ala). Yang saya sebutkan di bawah ini hanya 45 keutamaan, jadi
judul di atas yang pastinya bukanlah menunjukkan pembatasan. Di antara
keutamaan ilmu agama dan pemiliknya adalah :
1. Ilmu agama merupakan warisan para Nabi
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ,
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.
Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya
mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil
bagian yang banyak.” (HR. Al-Imam At-Tirmidzi di
dalam Sunan beliau
no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya
(5/169), dll)
2. Ilmu lebih mulia dari pada harta
Karena ilmu itu kekal, sedangkan harta tidak. Lihatlah para Nabi, para shahabat, para ulama, mereka semua meninggalkan ilmu agama. Ilmu yang bermanfaat akan mengalir pahalanya walaupun orangnya sudah meninggal dunia, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Demikian
juga, kalau kita memiliki ilmu maka ilmu itulah yang menjaga kita, sedangkan
kalau kita memiliki harta, maka kitalah yang menjaga harta tersebut, bukan
harta yang menjaga kita.
3. Bahwasanya orang-orang yang memiliki ilmu,
di sebutkan dalam Al-Qur'an sebagai golongan yang memberikan persaksian tentang
kalimat tauhid
Setelah Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengurutkan diri-Nya dan malaikat sebagai saksi tentang kalimat tauhid, kemudian Allah menyebutkan ahli ilmu. Ini menunjukkan betapa mulianya ahli ilmu agama. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada
sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Para malaikat dan orang-orang
berilmu Yang menegakkan keadilan (juga menyatakan yang demikian itu).” (QS.
Ali ‘Imran : 18)
4. Ahli ilmu merupakan salah satu dari dua jenis ulul amri yang Allah perintahkan untuk mentaati mereka
Karena ulul amri itu yang pertama penguasa/pemerintah dan yang kedua ulama. Dan kita harus mentaati mereka.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
يٰاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, Taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri di antara kamu”. (QS. An-Nisaa’ : 59)
5. Ahli ilmu merekalah yang senantiasa menegakkan kebenaran dan melaksanakan perintah Allah sampai hari kiamat nanti.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ
“Akan senantiasa ada sekelompok orang di antara umatku yang menang di atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang lain yang menyia-nyiakan mereka hingga datang ketetapan Allah (HR. Muslim dalam Kitab al-Imarah, hadits no. 1920)
Barisan terdepan pembela
kebenaran tersebut adalah para ulama, terlebih khusus lagi para ulama ahli
hadits di sepanjang perjalanan masa. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata,
“Seandainya mereka itu bukanlah ahli hadits maka aku tidak tahu lagi siapa yang
dimaksud dengan mereka itu.” al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengatakan,
“Yang dimaksud dengan ucapan Ahmad adalah ahlus sunnah wal jama’ah dan
orang-orang yang meyakini madzhab ahli hadits.” (Syarh Nawawi [6/545])
6. Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidaklah menyuruh untuk hasad (pada hakekatnya ini di namakan dengan Ghibtah) kecuali terhadap dua golongan, yaitu :
1.
Penuntut ilmu dan dia mengamalkan ilmunya
2.
Orang yang memiliki harta, kemudian dia gunakan harta tersebut di jalan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak
boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan
padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri
karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816)
7. Orang yang memiliki ilmu hatinya di ibaratkan seperti tanah yang subur, yang meresap di dalamnya air, yang menumbuhkan tanaman-tanaman sehingga memberi manfaat yang besar kepada yang lain
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ
“Permisalan
petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan
yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa
menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak.
Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun
tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi
manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari
tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia
dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah qi’an
(tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah
permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang
Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia
mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat
kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku
untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
8. Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju Surga
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa
yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
9. Tanda bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah faqihkan (pahamkan) orang tersebut akan agamanya.
Kebalikannya, bahwa ketika orang tersebut tidak paham dan tidak berilmu akan agamanya, berarti Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak berikan kebaikan kepada orang tersebut.
Sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
Yang
dimaksud fakih dalam hadits bukanlah hanya mengetahui hukum syar’i, tetapi
lebih dari itu. Dikatakan fakih jika seseorang memahami tauhid dan pokok Islam,
serta yang berkaitan dengan syari’at Allah. Demikian dikatakan oleh Syaikh
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Kitabul ‘Ilmi, hal. 21.
10. Ilmu merupakan
cahaya, yang manusia sangat membutuhkannya. Sehingga dengan cahaya (ilmu)
tersebut manusia bisa beribadah kepada Allah dengan benar, bisa bermuamalah
dengan sesama manusia dengan baik, sehingga manusia dalam hidupnya berjalan di
atas cahaya tersebut.
11. Bahwasanya ahli ilmu merupakan penerang,
yang mana manusia sangat membutuhkan bimbingan kepada ahli ilmu tersebut dalam
urusan agama dan dunia mereka, sehingga teranglah masalah agama dan dunia
mereka
12. Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang memiliki ilmu, baik di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.” (QS. Al-Mujadilah : 11)
13. Orang-orang yang memiliki ilmu, mereka memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mendalam.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS.
Fathir: 28).
14. Para Nabi berdo'a kepada Allah meminta tambahan ilmu, bukan yang lain
Sebagaimana
dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah
kepadaku ilmu.” (QS.
Thaaha : 114)
15. Tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
Sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
“Katakanlah
(wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang
tidak mengetahui. Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran”. (QS Az Zumar: 9)
16. Keutamaan ahli ilmu dengan ahli ibadah seperti perumpamaan bintang dan bulan purnama.
Nabi
Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli
ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama dibanding seluruh bintang-
bintang.” (HR. Abu Dawud no.3641, Ibnu
Majah no.223).
Ahli ilmu walaupun dia beramal sedikit, bisa jadi dia mendapatkan
pahala yang besar. Karena semua amalnya di dasarkan oleh ilmu.
Sedangkan ahli ibadah, walaupun dia beramal banyak, bisa jadi dia
mendapatkan pahala yang sedikit, karena terkadang amalannya tidak di dasarkan
oleh ilmu. Bahkan bisa jadi ibadahnya asal-asalan.
17. Orang berilmu akan di minta ampun oleh yang ada di langit dan di bumi, sampai-sampai ikan yang ada di laut pun memohon ampun untuk mereka.
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ
مَنْ فِى
السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِى
الأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِى
جَوْفِ الْمَاءِ
“Sesungguhnya orang yang berilmu
dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang
berada dalam air” (HR. Abu Daud
no. 3641)
18. Malaikat akan meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya
sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu”. (HR. Abu Dawud no. 3641, dll)
19. Orang yang mempelajari ilmu (Al-Qur'an) di rumah Allah Subhanahu Wa Ta'ala , akan timbul ketenangan, dan para malaikat akan mengelilingi mereka, dan mereka akan di sanjung oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala di tengah malaikat yang ada di sisi-Nya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah
satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling
mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka
akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut
mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no.
2699).
20. Berjalan Menuntut Ilmu Sama dengan Jihad fii sabilillah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan
bahwa barangsiapa yang berjalan untuk menghadiri majelis ilmu, maka dia setara
dengan kedudukan mujahid fii sabiilillah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ جَاءَ مَسْجِدِى هَذَا لَمْ يَأْتِهِ إِلَّا لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِى سَبِيلِ اللهِ
“Barangsiapa yang mendatangi masjidku ini,
tidaklah ia mendatanginya kecuali untuk kebaikan yang akan dipelajarinya atau
diajarkaannya, maka dia setara dengan kedudukan mujahid fii
sabiilillah.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh
Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 227)
21. Orang yang memiliki ilmu di kecualikan dari laknat Allah Subhanahu Wa Ta'ala .
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرَ اللهِ وَمَا وَالاَهُ أَوْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا
“Dunia itu terlaknat, Terlaknat apa-apa yang
ada di dalamnya kecuali yang berdzikir kepada Allah, dan apa yang
diamalkannya, orang yang berilmu dan yang mengajarkan ilmunya.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai hasan oleh
Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no.
4112)
22. Orang yang menuntut ilmu akan di do'akan kebaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ، ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ :إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلّٰهِ ، وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ ، وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ ، فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
“Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada orang yang
mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan menyampaikannya.
Berapa banyak orang yang membawa ilmu agama kepada orang yang lebih paham
darinya. Ada tiga perkara yang tidak akan dengki hati muslim dengannya:
mengikhlaskan amal karena Allah, menasihati pemimpin kaum muslimin, dan
berpegang kepada jamaah mereka karena doa mereka meliputi dari belakang
mereka.” (HR. At-Tirmidzi dan selain beliau meriwayatkan sebuah
hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
23. Malaikat pun Bershalawat kepada Ahlul ‘Ilmi
Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah
memuliakan para ulama dan para penuntut ilmu sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala
dan para malaikat-Nya bershalawat untuknya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا، وَحَتَّى الْحُوتَ فِي الْبَحْرِ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya Allah, malaikat-malaikatNya,
sampai semut di sarangnya, dan ikan di lautan bershalawat untuk orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Thabrani. Dinilai shahih oleh
Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jaami’ Ash-Shaghir no.
2719)
24. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan agar hamba-hamba yang tidak mengetahui untuk bertanya dan merujuk kepada ahli ilmu
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
فَسْـَٔلُوْا
اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ
كُنْتُمْ لَا
تَعْلَمُوْنَ
“Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu,
jika kamu tidak mengetahui”(QS.
Al-Anbiyaa' : 7)
25. Pada hari kiamat Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan orang yang berilmu dan beriman sebagai saksi atas kebathilan perkataan orang-orang kafir.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ
تَقُوْمُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُوْنَ مَا
لَبِثُوْا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذٰلِكَ كَانُوْا يُؤْفَكُوْنَ وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَالْاِيْمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِيْ
كِتٰبِ اللّٰهِ اِلٰى يَوْمِ الْبَعْثِ فَهٰذَا يَوْمُ الْبَعْثِ وَلٰكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لَا
تَعْلَمُوْنَ
“Dan pada hari (ketika) terjadinya Kiamat,
orang-orang yang berdosa bersumpah, bahwa mereka berdiam (dalam kubur) hanya
sesaat (saja). Begitulah dahulu mereka dipalingkan (dari kebenaran). Dan
orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata (kepada orang-orang kafir),
“Sungguh, kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari
kebangkitan. Maka inilah hari kebangkitan itu, tetapi (dahulu) kamu tidak
meyakini(nya).” (QS. Ar-Ruum :
55-56)
26. Di dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberitahukan bahwa Dia membuat perumpamaan-perumpamaan yang Dia buat bagi hamba-hamba-Nya untuk menunjukkan kebenaran risalah yang Dia turunkan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga memberitahukan bahwa hanya orang-orang yang berilmulah yang dapat mengambil manfaat dari perumpamaan-perumpamaan tersebut serta hanya merekalah yang mengetahuinya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَتِلْكَ
الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا اِلَّا الْعَالِمُوْنَ
"Dan perumpamaan ini Kami buatkan
bagi manusia dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu." (QS. Al-'Ankabuut: 43)
Di
dalam Al-Qur'an terdapat lebih dari empat puluh perumpamaan. Dahulu ada
beberapa ulama salaf yang ketika membaca satu perumpamaan di dalam Al-Qur'an
dan tidak memahaminya, maka mereka akan menangis seraya berkata, "Kami
tidak termasuk golongan ulama."
27. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan orang-orang berilmu untuk
bergembira dengan apa yang Dia berikan kepada mereka. Juga memberitahukan bahwa
ilmu yang mereka dapatkan lebih baik dari apa yang dikumpulkan manusia.
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِه فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
"Katakanlah, 'Dengan karunia
Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan," (QS. Yunus: 58)
Kata
fadhlul-lah (anugerah Allah)
ditafsirkan sebagai keimanan, dan rahmat-Nya ditafsirkan sebagai Al-Qur'an.
Adapun keimanan dan Al-Qur'an, keduanya merupakan ilmu yang bermanfaat dan amal
saleh, petunjuk dan agama yang benar. Keduanya adalah ilmu dan amal yang paling
mulia.
28.
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala bersaksi bahwa seseorang yang telah Dia beri ilmu
sesungguhnya telah Dia berikan kebaikan yang sangat berlimpah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ
يَّشَاۤءُ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّا اُولُوا الْاَلْبَابِ
"Allah
memberikan hikmah kepada orang yang dikehendakinya. Dan barangsiapa yang
diberikan hikmah, sungguh dia telah memperoleh kebaikan yang banyak." (QS. Al-Baqarah: 269)
Ibnu Qutaibah dan mayoritas ulama berkata
bahwa Al-Hikmah adalah mendapatkan kebenaran dan mengamalkannya, yaitu ilmu
yang bermanfaat dan amal shalih.
29. Mempelajari ilmu senilai dengan Pahala haji
Dari Abu Umamah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
من غدا إلى المسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان له كأجر حاج تاما حجته
"Barang
siapa yang pergi ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk menuntut
ilmu yang baik atau mengajarkannya, maka dia akan mendapatkan pahala seperti
pahala yang didapatkan orang yang menunaikan haji secara sempurna". (Al-Mu'jam
Al-Kabir karya Ath-Thabarani, Hadits
Hasan).
30. Sesungguhnya ilmu adalah kehidupan dan
cahaya. Sedangkan, kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Semua keburukan
penyebabnya adalah tidak adanya kehidupan (hati) dan cahaya. Semua kebaikan
sebabnya adalah cahaya dan kehidupan (hati).
Karena
itu setiap kali dia berbuat dalam kehidupan, maka semuanya adalah kebaikan,
seperti rasa malu yang disebabkan oleh kesempurnaan kehidupan hati, pemahamannya
terhadap hakekat keburukan, dan ketakutannya dari keburukan. Sebaliknya,
kebodohan dan keburukan yang disebabkan oleh kematian hati dan tidak takutnya
kepada yang buruk. Ini seperti kehidupan di mana hujan adalah sebab kehidupan
segala sesuatu.
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَه نُوْرًا يَّمْشِيْ بِه فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُه فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا
"Dan apakah orang yang sudah mati
kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang;
dengan cahaya itu dia berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa
dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar daripadanya?" (QS. Al-An'aam: 122)
31.
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan hewan
buruan yang ditangkap dengan bantuan anjing yang tak terlatih sebagai jenis
bangkai yang haram dimakan. Namun, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghalalkan hewan buruan yang ditangkap
dengan bantuan anjing terlatih. Hal ini juga menunjukkan kemuliaan ilmu, sebab
hanya yang ditangkap oleh anjing terlatih yang halal dimakan, dan sebaliknya
anjing yang tidak terlatih hasil buruannya haram dimakan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا اُحِلَّ لَهُمْ قُلْ
اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُ وَمَا عَلَّمْتُمْ مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِيْنَ تُعَلِّمُوْنَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللّٰهُ فَكُلُوْا مِمَّا اَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهِ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
"Mereka menanyakan kepadamu,
'Apakah yang dihalalkan bagi mereka?' Katakanlah, ‘Dihalalkan bagimu yang
baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar
dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu. Maka' makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu,
dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cermat hisab-Nya" (QS. Al-Maa idah:
4)
Seandainya
bukan karena keistimewaan dan kemuliaan ilmu, pasti hewan buruan anjing yang
terlatih sama hukumnya dengan anjing yang tak terlatih.
32. Surat pertama yang diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam kitab-Nya adalah surat Al-‘Alaq. Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala perintahkan untuk “membaca”. Ini menunjukkan betapa penting dan utamanya ilmu
Di dalam surat tersebut Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan nikmat yang Dia karuniakan kepada manusia berupa pengajaran apa yang mereka tidak tahu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutkan di dalamnya karunia pengajaran ilmu dan karunia keutamaan manusia dengan apa yang Dia ajarkan kepada mereka. Maka, hal ini menunjukkan keutamaan dan kemuliaan pengajaran dan ilmu pengetahuan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
اِقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ
عَلَقٍ اِقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا
لَمْ يَعْلَمْ
"Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dan
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya." (QS. Al-'Alaq: 1-5)
33. ketika belajar dan mengajarkan ilmu maka
menjadi orang yang terbaik
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik orang di antara
kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Al- Bukhari dan
Abu Dawud)
Al-Qur’an
isinya adalah ilmu. Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an mencakup mempelajari
dan mengajarkan huruf-huruf dan makna-maknanya. Ini merupakan bagian termulia
dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an, karena makna adalah maksud, dan
lafal adalah wasilah untuk memahami makna. Maka, mempelajari dan mengajarkan
makna Al-Qur'an adalah mempelajari dan mengajarkan tujuan. Sedangkan,
mempelajari dan mengajarkan lafalnya adalah mempelajari dan mengajarkan
wasilah. Jadi antara lafal dan maknanya seperti antara wasilah dan tujuan.
34. Termasuk salah satu orang yang tidak akan puas terhadap sesuatu (yaitu pencari ilmu tidak akan puas terhadap ilmunya)
Sebagaimana
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَنْهُومَانِ لاَ يَشْبَعَانِ : طَالِبُ عِلْمٍ وَطَالِبُ دُنْيَا
“Ada dua orang yang begitu rakus dan tidak pernah merasa kenyang: (1)
penuntut ilmu (agama) dan (2) pencari dunia.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok 1: 92. Dishahihkan oleh Al Hakim dan disepakati oleh Imam Adz
Dzahabi).
35.
Solusi untuk keluar dari fitnah Syubhat adalah dengan senantiasa menuntut ilmu.
Fitnah
ada dua, yaitu fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Fitnah syubhat di hilangkan
dengan ilmu. Sedangkan finah syahwat dihilangkan dengan iman.
36. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberitahukan bahwa Dia menjadikan
orang-orang yang berilmu sebagai para pemimpin yang memberi petunjuk atas
perintah-Nya dan menjadi imam bagi orang-orang sesudah mereka.
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْا وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ
"Dan Kami jadikan di antara
mereka itu para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami ketika
mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)
37. Kebutuhan manusia akan ilmu adalah
darurat/penting melampaui kebutuhan tubuh kepada makanan, karena tubuh
membutuhkan makanan sekali atau dua kali saja dalam sehari. Sedangkan,
kebutuhan manusia kepada ilmu adalah sebanyak jumlah nafas mereka, karena dalam
setiap tarikan nafas manusia membutuhkan ilmu yang menyertai keimanan.
Jika
satu tarikan nafas saja berpisah dari keimanan, maka mereka berada di ambang
kebinasaan. Tidak ada jalan memperoleh keimanan kecuali dengan ilmu. Dengan
demikian, kebutuhan manusia kepada ilmu melampaui kebutuhannya kepada makanan
dan minuman.
Imam
Ahmad telah menyebutkan penjelasan yang senada dengan ini dan berkata,
"Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena dalam
sehari dia hanya membutuhkan makanan dan minuman sekali atau dua kali.
Sedangkan dia membutuhkan ilmu setiap saat."
38. Sesungguhnya ilmu itu adalah pemimpin dan pembimbing amal. Amal itu ikut dan bermakmum kepada ilmu.
Setiap amal perbuatan yang tidak mengikuti ilmu, maka amal itu tidak bermanfaat bagi pelakunya, bahkan justru berbahaya bagi dirinya. Sebagaimana yang dikatakan orang-orang salaf, "Barangsiapa yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka ibadahnya lebih banyak yang salah daripada yang benar." Segala amal perbuatan diterima dan ditolak berdasakan kesesuaian dan pertentangannya dengan ilmu. Amal yang sejalan dengan ilmulah yang diterima dan amal yang bertentangan dengannya yang ditolak. Jadi ilmu adalah timbangan dan barometer amal. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
"Yang menjadikan mati dan hidup,
supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk: 2)
Al-Fudhail
bin Iyyad berkata, "Amal yang diterima adalah amal yang paling ikhlas dan
paling benar." Lalu orang-orang bertanya kepadanya, "Wahai Saudaraku,
mengapa demikian?" Dia menjawab, "Suatu amal perbuatan meskipun
dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar, maka tidak diterima. Dan apabila
amal itu benar namun tidak ikhlas, maka tidak diterima juga. Amal perbuatan
tidak akan diterima hingga dilakukan dengan ikhlas dan benar (sesuai tuntunan
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam)
39. Kita di perintahkan untuk menghadiri taman-taman surga (yaitu majelis dzikir/majelis ilmu)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْر
"Jika
kalian lewat di taman surga, maka berkelilinglah di sekitarnya." Mereka
bertanya, "Apa itu taman surga ya Rasulullah?" Rasul menjawab,
"Halaqah Dzikir. (HR. Tirmidzi, no. 3510)
Sesungguhnya
Allah mempunyai rombongan-rombongan malaikat yang mencari halaqah (majelis)
zikir, mereka akan datang kepada mereka dan masuk ke dalam barisan bersama
mereka." Demikian yang diriwayatkan al-Barraz.
40. Mudzakarah ilmu satu jam lebih baik daripada shalat semalam
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Khathib
Al-Baghdadi, dari Abu ad-Darda'
Radhiyallahu 'anhu beliau berkata,
مُذَاكَرَةُ
لِلْعِلْمِ سَاعَةً خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ
"Mudzakarah
ilmu sejam lebih baik daripada shalat semalam."
41. Ahli ilmu, merekalah yang paling dekat
derajatnya dengan kenabian
Ishak bin Abdullah bin Abu Farwah
berkata,
"Orang yang paling dekat
derajatnya kepada kenabian adalah ulama dan ahli jihad."
42. Jika Ingin melihat majelis para Nabi, maka lihatlah majelis para Ulama. Karena
mejelis para Nabi adalah majelis ilmu, demikian juga majelisnya para Ulama
yaitu majelis ilmu.
Sahal
bin Abdullah At-Tastari berkata,
"Barangsiapa yang ingin melihat
majelis para nabi, maka lihatlah majelis para ulama."
Ini
karena ulama adalah pengganti para rasul di tengah-tengah umat mereka. Mereka
juga mewarisi para rasul dalam ilmu sehingga majelis mereka adalah majelis
pengganti kenabian.
43. Banyak ulama menegaskan bahwa amal
yang paling utama sesudah amalan wajib adalah menuntut ilmu.
Asy-Syafi'i mengatakan bahwa tidak ada
yang lebih utama sesudah ibadah wajib daripada menuntut ilmu. Ini adalah
pendapat Imam Syafii menurut penuturan para sahabatnya. Demikian pula pendapat
Sufyan ats-Tsauri dan apa yang diceritakan orang-orang Hanafiah dari Imam Abu
Hanifah.
44. Memperlajari ilmu merupakan bentuk dari ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Apa
yang diriwayatkan al-Khathib dan Abu Na'im serta selainnya dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu ia berkata,
"Pelajarilah ilmu, sebab memperlajarinya karena Allah adalah ketaqwaan,
mencarinya ibadah, mengulanginya tasbih, mengkajinya jihad, mengajarkannya
kepada orang yang tidak tahu sedekah, mengorbankannya kepada yang berhak adalah
kurban (kedekatan kepada Allah). Dengan ilmu, Allah dikenal dan disembah serta
diesakan, dengan ilmu halal dan haram diketahui, dan dengan ilmu hubungan rahim
disambung.
45.
Orang yang mengajarkan ilmu yang bermanfaat, maka dia akan mendapatkan Pahala Jariyah
(mengalir)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Demikianlah
sedikit dari keutamaan ilmu agama, semoga yang sedikit ini bisa memotivasi kita
untuk menggapai kemuliaan tersebut. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memudahkan
kita untuk menuntut ilmu.. Aamiin..
Abu Musyaffa’
Hardadi
Maraji’ :
-
Miftah
Daaris Sa'adah Karangan Imam
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullahu Ta’ala
-
Kitaabul
Ilmi
karangan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala
Jingok dulu...lom sempat baco hehe
BalasHapus