KEUTAMAAN ORANG KAYA YANG DERMAWAN
KEUTAMAAN ORANG KAYA YANG DERMAWAN
Menjadi orang kaya dan menjadi orang miskin kedua-duanya merupakan ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Orang kaya di uji dengan harta kekayaannya, apakah dia bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ataukah tidak. Orang miskin di ujian dengan kemiskinannya, apakah dia bersabar atas keadaannya ataukah tidak.
Menjadi orang kaya sepertinya merupakan angan-angan sebagian besar manusia. Karena yang di harapkan adalah kenikmatan dunia, apa yang di inginkan serba ada. Namun terkadang, kebanyakan manusia ketika menjadi orang kaya mereka lupa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sehingga dia menjadi orang yang lalai akan agamanya, orang yang super sibuk dengan dunia dan profesinya, bahkan dia sombong dengan kekayaannya, dan sangat cinta kepada hartanya, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
"Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fajr : 20).
Namun, disana ada juga orang kaya yang dia pandai bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dia jadikan hartanya sebagai sarana untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dia menjadi orang yang sangat dermawan. Dia tidak lalai terhadap kewajiban-kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan. Dan orang seperti inilah yang mendapatkan keutamaan.
Di antara keutamaan orang kaya yang Shalih, yang bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yaitu :
1. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memuji mereka (orang kaya) yang mereka tidak lalai dari mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ
تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut pada hari (pembalasan) yang (pada saat itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (QS an-Nuur : 37).
Al-Imam Ibnu Katsir
Rahimahullah Ta'ala berkata, “Mereka adalah orang-orang yang tidak
disibukkan/dilalaikan oleh harta benda dan perhiasan dunia, serta kesenangan
berjual-beli (berbisnis) dan meraih keuntungan (besar) dari mengingat
(beribadah) kepada Rabb mereka Yang Maha Menciptakan dan Melimpahkan rezki
kepada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang mengetahui (meyakini) bahwa
(balasan kebaikan) di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah lebih baik dan
lebih utama daripada harta benda yang ada di tangan mereka, karena apa yang ada
di tangan mereka akan habisdan musnah sedangkan balasan di sisi Allah Subhanahu
Wa Ta'ala adalah kekal”.(Tafsir Ibnu Katsir” (3/390).
2. Orang kaya yang Shalih dan dermawan, merekalah yang memborong pahala.
Sebagaimana dalam hadits di bawah ini,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – أَنَّ
فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالُوا :ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ
الْمُقِيمِ. فَقَالَ : وَمَا ذَاكَ ؟. قَالُوا :يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى
وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ
وَلاَ نُعْتِقُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفَلاَ
أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ
بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا
صَنَعْتُمْ ؟. قَالُوا :بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ . قَالَ : تُسَبِّحُونَ
وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ مَرَّةً
. قَالَ أَبُو صَالِحٍ : فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا :سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ
الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ . فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ.
Dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, bahwa orang-orang fakir Muhajirin mendatangi Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Orang-orang kaya telah memborong
derajat-derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal!”. Maka beliau bertanya,
“Apa itu?”. Mereka berkata, “Orang-orang kaya itu melakukan sholat sebagaimana
kami melakukan sholat. Mereka melakukan puasa sebagaimana kami melakukan puasa.
Mereka bershodaqah, tetapi kami tidak bershodaqah. Mereka memerdekakan budak, tetapi
kami tidak memerdekakan budak”. Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidakkah aku ajarkan sesuatu kepada kamu, dengannya kamu akan
menyusul orang-orang yang telah mendahului kamu, dan dengannya kamu akan
mendahului orang-orang setelah kamu, dan tidak ada seorangpun yang lebih baik
dari kamu kecuali orang-orang yang melakukan seperti apa yang kamu lakukan?”.
Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasûlullâh”. Beliau bersabda, “Kamu bertasbih,
bertakbir, dan bertahmid tiga puluh tiga kali setelah setiap shalat”. Abu
Shalih (seorang perawi hadits)berkata, “Kemudian orang-orang fakir Muhajirin
kembali mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata,
“Saudara-saudara kami, orang-orang kaya, telah mendengar apa yang telah kami
lakukan, lalu mereka melakukan seperti itu!”. Maka Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah karunia Allâh yang Dia berikan kepada
orang yang Dia kehendaki”. (HR. Muslim, no. 595)
3. Orang kaya yang shalih dan senantiasa bersyukur, maka dia mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Sebagaimana di sebutkan dalam hadits di bawah ini,
عَنْ أَبِي كَبْشَةَ الْأَنَّمَارِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ثَلَاثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ: قَالَ مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ, وَلَا ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلَمَةً فَصَبَرَ عَلَيْهَا إِلَّا زَادَهُ اللهُ عِزًّا, وَلَا فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ: قَالَ إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ: 1. عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ 2. وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ 3. وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلَا يَعْلَمُ لِلّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ 4. وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
Dari Abu Kabsyah al-Anmâri Radhiyallahu anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Tiga (perkara) aku bersumpah terhadap ketiganya, dan aku akan mengatakan satu perkataan kepada kamu, maka hafalkanlah, Beliau bersabda: Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena shodaqah. Tidaklah seorang hamba dizhalimi dengan kezhaliman, lalu dia bersabar terhadap kezhaliman itu kecuali Allah menambahkan kemuliaan kepadanya. Tidaklah seorang hamba membuka pintu permintaan, kecuali Allah membukakan pintu kefakiran, atau kalimat seperti itu. Dan aku akan mengatakan satu perkataan kepada kamu, maka hafalkanlah! Beliau bersabda : Sesungguhnya dunia itu untuk 4 orang:
1. Hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa harta (dari jalan yang halal) dan ilmu (agama Islam), kemudian dia bertaqwa kepada Rabbnya pada rezeki itu (harta dan ilmu), dia berbuat baik kepada kerabatnya dengan rezeki, dan dia mengetahui hak bagi Allah padanya. Maka hamba ini berada pada kedudukan yang paling utama (di sisi Allâh).
2. Hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa ilmu, namun Dia (Allah) tidak memberikan rezeki berupa harta, dia memiliki niat yang baik. Dia mengatakan: “Seandainya aku memiliki harta aku akan berbuat seperti perbuatan Si Fulan (orang pertama yang melakukan kebaikan itu)”. Maka dia (dibalas) dengan niatnya (yang baik), pahala keduanya (orang pertama dan kedua) sama.
3. Hamba yang Allah berikan rezeki kepadanya berupa harta, namun Dia (Allah) tidak memberikan rezeki kepadanya berupa ilmu, kemudian dia berbuat sembarangan dengan hartanya dengan tanpa ilmu. Dia tidak bertaqwa kepada Rabbnya padanya, dia tidak berbuat baik kepada kerabatnya dengan hartanya, dan dia tidak mengetahui hak bagi Allah padanya. Maka hamba ini berada pada kedudukan yang paling buruk (di sisi Allâh).
4. Hamba yang Allah tidak memberikan rizqi kepadanya berupa harta dan ilmu, kemudian dia mengatakan: “Seandainya aku memiliki harta aku akan berbuat seperti perbuatan Si Fulan (dengan orang ketiga yang melakukan keburukan itu)”. Maka dia (dibalas) dengan niatnya, dosa keduanya sama.(HR. At-Tirmidzi no 2325)
Hadits di atas menunjukkan
bahwa hamba yang paling utama di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah hamba
yang kaya dan bersyukur. Karena bertaqwa kepada Allah pada nikmat yang telah
Dia berikan, berbuat baik kepada kerabat, dan mengetahui hak bagi Allah Subhanahu
Wa Ta'ala pada nikmat adalah perwujudan
rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala nikmat-Nya.
4. Jika orang kaya tersebut bersyukur dan dermawan, maka dengan harta mereka bisa membantu dan menopang tagaknya dakwah.
Sebagaimana kita ketahui seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang kaya di kalangan para shahabat. Ketika mereka memiliki banyak harta yang banyak, maka mereka tidak tanggung-tanggung menginfakkan harta mereka di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala demi tegaknya dakwah.
Seperti contoh :
Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu
Di dalam Kitab Jami’
Bayanil Ilmi wa Fadhlih, karangan Ibnu Abdil Barr, menerangkan bahwa
Umar radhiallah ‘anhu telah mewasiatkan 1/3 hartanya (untuk
kepentingan Islam) yang nilainya melebihi nilai 40.000 (dinar atau dirham),
atau totalnya melebihi nilai 120.000 (dinar atau dirham).Jika dengan nilai
sekarang, setara dengan) 510.000 gr emas = Rp 204.000.000.000
Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu
Saat Perang Tabuk, beliau
menyumbang 300 ekor unta.
Abdurrahman bin Auf radhiallahu ‘anhu
Ketika menjelang Perang
Tabuk, Abdurrahman bin Auf mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200
Uqiyah Emas.
1 uqiyah emas = 31,7475 gr
emas
200 uqiyah x 31,7475 gr emas = 6.349,5 gr x Rp 400.000,00 = Rp 2.539.800.000
Menjelang wafatnya, beliau mewasiatkan 50.000
dinar untuk infaq fi Sabilillah
100.000 dinar x 4,25 gr =
425.000 gr emas x Rp 400.000,00 = Rp 170.000.000.000
50.000 dinar = 85.000.000.000,00 (sumber : kisahmuslim.com).
Itulah di antara infak dan
kedermawan mereka untuk membela islam.
5. Orang kaya yang dermawan akan mendapatkan do'a kebaikan oleh orang lain
Karena jika mereka bersedekah atau berinfak kepada orang-orang, maka orang-orang akan mendo'akan kebaikan untuk orang kaya tersebut. Bisa jadi dengan do'a :
Ya Allah berkahilah rezkinya..
Ya Allah tambahkanlah rezkinya..
Ya Allah.. Panjangkanlah umurnya..
Ya Allah.. Berikanlah dia pahala yang berlipat-lipat..
Dan do'a-do'a yang lainnya..
Semoga Allah Subhanahu Wa
Ta'ala memberikan keberkahan kepada kita semua.. dan benar-benar menggunakan
harta di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala .. Aamiin..
Abu
Musyaffa’ Hardadi
Posting Komentar untuk "KEUTAMAAN ORANG KAYA YANG DERMAWAN"